Poktan Sumber Makmur 1 Miru Lamongan, Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan

SBNEws– Bank Indonesia (BI) terus menegaskan komitmen dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa. Dalam kesempatan ini, BI menyalurkan kontribusinya melalui penyelenggaraan program Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren yang berlangsung pada tanggal 11 hingga 15 Juni 2025.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, M. Noor Nugrogo, menjelaskan bahwa tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan sinergi antara UMKM, pondok pesantren, dan kelompok tani.

“Langkah ini bertujuan untuk mempertahankan kestabilan harga bahan pangan di wilayah setempat. UMKM, klaster, serta unit usaha yang berada di sekitar pondok pesantren didorong untuk meningkatkan kapasitasnya, baik dari sisi kualitas maupun jumlah produksi, sehingga lebih mandiri, kompetitif, dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Noor dalam pernyataannya, Rabu (25/6).

Bank Indonesia juga memberikan prioritas pada produk pangan penting seperti beras, bawang, cabai, dan telur ayam. Diharapkan, komoditas ini dapat menyediakan pasokan dalam skala besar guna menjaga kestabilan harga dan ketahanan pangan. “Strategi pengembangannya berfokus pada korporatisasi, peningkatan kapasitas produksi, serta akses terhadap pembiayaan yang lebih baik,” katanya.

Asisten Kepala Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Timur, Joko Irianto, yang mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur, menyatakan rasa apresiasinya kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur atas dedikasi dan komitmen yang diberikan dalam mendukung pertumbuhan UMKM.

Ia meyakini bahwa kegiatan itu merupakan langkah penting untuk menciptakan peluang kolaborasi yang lebih besar dalam penguatan UMKM dan Pondok Pesantren. “Hal ini memberikan dampak positif dalam mengendalikan tekanan inflasi serta mempercepat adopsi teknologi di sektor riil,” kata Joko Irianto.

Dukungan juga diberikan oleh Wakil Bupati Lamongan, Dirham Akbar Aksara. Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap Poktan Sumber Makmur I dalam pengembangan pertanian berkelanjutan merupakan langkah yang sangat sesuai. Langkah tersebut sejalan dengan potensi besar di bidang pertanian yang dimiliki Kabupaten Lamongan.

“Pengembangan sektor pertanian, terutama padi dan tanaman organik, menjadi hal penting bagi pertumbuhan ekonomi di Lamongan. Dengan jumlah desa dan kelurahan di Lamongan mencapai 474, bayangkan jika langkah ini juga diadopsi oleh desa-desa lainnya. Maka, Lamongan berpotensi menjadi lumbung padi nasional dengan hasil pertanian yang melimpah,” katanya.

Ia juga mengungkapkan harapannya agar Desa Miru bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain. Semangat dan ketekunan masyarakat setempat dinilai sebagai faktor yang mampu menciptakan berbagai inovasi di sektor pertanian. “Mudah-mudahan sistem pertanian ini dapat diterapkan juga di desa-desa lain. Pemerintah kabupaten akan terus memberikan dukungan serta melakukan intervensi untuk memajukan wilayah-wilayah tersebut. Saya yakin ini adalah langkah yang akan membawa kesejahteraan bagi para petani dan seluruh masyarakat Lamongan,” tutupnya.

Naikkan Produksi Hingga 10 Ton Per Bulan

Kelompok Tani (Poktan) Sumber Makmur 1 di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Lamongan, menjadi salah satu lokasi dalam program Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren. Dengan jumlah anggota mencapai 120 petani, Poktan ini sukses menerapkan GAP (Good Agricultural Practices) melalui pendekatan pertanian yang ramah lingkungan. Keberhasilan tersebut diraih setelah melalui perjalanan panjang beralih dari metode pertanian konvensional ke sistem organik.

Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur I, Hendro Purnomo, mengenang awal mula keterlibatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur yang datang dengan sambutan hangat. BI tidak hanya menyediakan sarana edukasi, tetapi juga memberikan bantuan berupa alat-alat pertanian. Dalam waktu singkat, dukungan tersebut membantu kelompok tani berkembang secara pesat dan meraih berbagai keberhasilan.

Pria berusia 46 tahun tersebut menyatakan bahwa sistem pertanian yang ramah lingkungan, yang didukung oleh Bank Indonesia, dapat menekan biaya produksi padi sekaligus meningkatkan pendapatan dan kualitas hasil panen. Selain itu, penerapan sistem pertanian organik juga membantu menjaga keberlanjutan lingkungan karena tidak melibatkan penggunaan bahan kimia.

Pada 2021, rata-rata hasil produksi padi di Desa Miru masih berada pada level 5,6 ton per hektar dengan menggunakan sistem pertanian konvensional. Namun, setelah adanya pendampingan dari Bank Indonesia serta penerapan metode pertanian organik yang merupakan inisiatif dari para anggota, produksi padi naik secara signifikan menjadi 10 ton per hektar. Peningkatan tersebut juga turut mendukung penguatan ketahanan pangan di wilayah itu.

Beras Mentik Susu Wangi merupakan hasil manis dari kerja sama antara Poktan Sumber Makmur I dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur. Beras ini digolongkan sebagai beras sehat karena tidak mengandung pestisida kimia. “Kapasitas produksi kami mencapai 10 ton per bulan. Kami telah memasarkannya ke pasar-pasar di wilayah Kecamatan Sekaran, Surabaya, serta memperkenalkannya ke berbagai daerah melalui pameran UMKM,” kata Hendro Purnomo.

Selain menanam padi, anggota Kelompok Tani Sumber Makmur 1 juga memanfaatkan lahan secara maksimal dengan membudidayakan komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai, dan tomat. Semua komoditas tersebut dikelola dengan menerapkan prinsip Good Agricultural Practices (GAP), termasuk penggunaan agen hayati dan pupuk organik.

Sebagai wujud penerapan GAP, kelompok tersebut memiliki ruang khusus bernama Lab PPAH (Laboratorium Pos Pelayanan Agens Hayati). Syahroni Ilham (Kepala Lab PPAH) bersama anggota Poktan memproduksi agens hayati dengan bahan dasar rebusan kedelai dan kentang. Rebusan kedelai digunakan untuk membantu pertumbuhan daun dan akar tanaman, sedangkan rebusan kentang berfungsi sebagai pupuk alami yang mampu mengatasi serangan hama.

Kelompok Tani Sumber Makmur I juga memiliki Rumah Kompos. Di dalam gedung tersebut, anggota kelompok memanfaatkan kulit buah, kotoran hewan ternak, serta sisa sayuran atau bumbu dapur sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik cair. Rumah Kompos ini dipimpin oleh Zainuddin. “Nantinya bisa digunakan sebagai fungisida, penyubur tanah, bahkan untuk mengusir serangga,” katanya.

Mentor Sekolah Tani Poktan Sumber Makmur I, Khamim, mengungkapkan bahwa pembuatan pupuk organik serta agens hayati tidak hanya berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghalau hama, tetapi juga efektif dalam menekan Harga Pokok Produksi (HPP) padi. “HPP bisa ditekan cukup besar. Sebelumnya mencapai Rp 4.200 per kilogram, sekarang hanya berkisar antara Rp 2.100 hingga Rp 2.700 per kilogram. Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan omzet para petani di Poktan Sumber Makmur I,” jelasnya.

Sekolah Tani, Jadi Saksi Pengembangan Teknologi Pertanian

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi Jawa Timur turut serta dalam mendukung pengembangan kalangan petani melalui program Sekolah Tani yang secara rutin diselenggarakan setiap pagi hari Jumat di Griyo Tani. Dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, BI juga menghadirkan narasumber atau praktisi pertanian yang ahli dari Universitas Brawijaya (UB).

Salah satu pendamping yang terlibat adalah Dr. Mochammad Syamsulhadi, S.P., M.P., selaku Ketua Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Brawijaya (UB). Bersama timnya, Syamsul secara rutin mendampingi kelompok tani setiap minggu sekaligus melakukan peninjauan ke Petak Studi—tiga petak sawah yang digunakan sebagai lahan uji coba dan difasilitasi oleh Bank Indonesia. Di tempat tersebut, anggota kelompok tani, tim pendamping dari UB, serta sejumlah mahasiswa kerap menguji berbagai teknologi pertanian.

Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT). “Teknologi irigasi tetes ini bekerja dengan metode penyiraman yang diatur berdasarkan tingkat kelembapan media tanam. Ketika tanah terdeteksi kering, sensor akan mengirimkan sinyal dan secara otomatis sistem irigasi tetes akan aktif untuk menyiram lahan,” papar Syamsul.

Tersedia pula perangkat untuk mendeteksi kondisi cuaca atau yang disebut climate monitoring controller. Alat ini dapat mengukur arah angin, tingkat kelembaban udara di sekitar area sawah, serta intensitas curah hujan. Data yang terkumpul selanjutnya dikirimkan melalui aplikasi, memungkinkan pemilik lahan untuk memantau situasi sawah secara langsung menggunakan ponsel pintar.

Selain mendorong inovasi teknologi di sektor pertanian, Bank Indonesia juga memberikan dukungan nyata berupa fasilitas dan infrastruktur produksi seperti combine harvester, traktor roda empat, serta mesin vacuum pengemasan beras. Selain itu, Kelompok Tani Sumber Makmur I secara berkala turut serta dalam berbagai pameran UMKM maupun misi dagang untuk mempromosikan produk unggulan mereka hingga ke tingkat nasional.

Kisah sukses Kelompok Tani Sumber Makmur I bukanlah penutup perjuangan, tetapi justru menjadi pemicu semangat untuk melangkah lebih percaya diri ke masa depan. “Sejalan dengan semangat Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi, kami akan terus menjalankan program yang berhasil di Poktan Sumber Makmur 1 dengan sasaran memperluas replikasi. Dengan demikian, hasil positif dari program ini dapat dirasakan oleh kelompok tani lain yang tergabung dalam klaster ini di waktu mendatang,” kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, M. Noor Nugroho.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top