Obsesi, Kompulsi, dan Fakta tentang OCD: Bukan Seperti yang Anda Kira

Banyak tahun yang lalu, seorang teman saya yang suaminya biasa menjemputnya pulang kerja. Pertama kali saya ikut bersama mereka naik mobil, saya memperhatikan jok mobilnya ditutup dengan kain linen putih bersih, bukan kulit seperti biasanya. Bagi seseorang yang memiliki tiga anak kecil, saya merasa ini agak tidak biasa. Saya terus bertanya-tanya bagaimana mungkin jok itu bisa tetap begitu bersih tanpa noda sedikitpun meskipun ada anak-anak yang masih sekolah dasar. Dan setiap kali saya kebetulan naik mobil itu, jok putih tersebut selalu tampak baru dicuci, tanpa satu noda pun terlihat. Jujur saja, saya merasa sedikit tidak nyaman duduk di situ karena joknya bersinar-sinar seperti belum pernah disentuh oleh siapa pun.

Di benak saya, saya menyimpulkan bahwa dia pasti mengidap Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD). Saat itu saya belum mempelajari psikologi, jadi bagi saya, tingkat kerapiannya hanya bisa dijelaskan oleh kondisi kesehatan mental. Suatu hari, saya bercanda kepada istrinya betapa rapi suaminya, dan dia tertawa lalu menceritakan bahwa bahkan kain lap yang mereka gunakan untuk membersihkan lantai di rumah pun berwarna putih, karena suaminya lebih menyukai yang berwarna putih. Bagi seorang wanita, pikir saya, mungkin hal itu masih bisa dimengerti.

Tapi bagi seorang pria untuk begitu teliti? Itu membuatku yakin. Aku pikir dia pasti menderita OCD.

Baru bertahun-tahun kemudian, ketika saya mempelajari psikologi klinis, saya memahami betapa salah kaprahnya pemahaman orang tentang OCD, bahwa bagi suami teman saya itu, hal tersebut hanyalah sebuah sifat kepribadian semata, karena tidak ada pikiran yang mengganggu atau ketakutan tersembunyi di baliknya, hanya sekadar preferensi terhadap kerapian dan keteraturan.

Saya telah mendengar banyak orang mengatakan secara santai, “Dia OCD,” hanya karena seseorang rapi atau menyukai segala sesuatu dalam keadaan teratur. Namun menjadi teratur atau perfeksionis tidak secara otomatis berarti bahwa seseorang menderita gangguan obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder). OCD yang sebenarnya jauh lebih dari sekadar preferensi terhadap kebersihan. Ini adalah siklus melelahkan dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan dan tindakan-tindakan berulang yang dirasa orang tidak mampu untuk menghentikannya, bahkan ketika mereka tahu hal itu tidak masuk akal.

Hari ini, kita akan mengupas lebih dalam apa sebenarnya OCD itu, bagaimana gejalanya muncul, mengapa hal tersebut terjadi, dan bagaimana orang-orang bisa mendapatkan bantuan yang tepat untuk mengelolanya. Jika kamu pernah bertanya-tanya apakah kebiasaanmu sendiri sudah melampaui batas menjadi sesuatu yang lebih serius, atau kamu peduli pada seseorang yang tengah berjuang melawan pola-pola ini, saya berharap tulisan ini dapat membantumu melihat lebih jauh dari mitos-mitos yang ada dan mengingatkanmu bahwa bantuan dan penyembuhan selalu mungkin terjadi.

Lalu apa sebenarnya itu OCD? Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD) adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang terjebak dalam siklus pikiran yang tidak diinginkan, disebut obsesi, dan merasa terdorong untuk melakukan hal-hal tertentu, disebut kompulsi, guna mengurangi rasa takut atau ketidaknyamanan yang ditimbulkan pikiran tersebut. Pikiran-pikiran ini sering muncul secara tiba-tiba dan terasa mustahil untuk dihilangkan, bahkan ketika orang tersebut menyadari bahwa pikiran itu tidak masuk akal.

Ini bukan sekadar soal menyukai hal-hal yang rapi atau menjadi seorang perfeksionis. Itu salah satu dari banyak kesalahpahaman terbesar.

Banyak orang memiliki rutinitas, standar tinggi, atau cinta terhadap keteraturan, tetapi OCD yang sebenarnya jauh lebih dalam dari itu. Bagi orang-orang yang hidup dengan OCD, pikiran mereka terpaku pada ketakutan, gambar, atau keraguan tertentu yang bisa terasa menakutkan.

Dan untuk menenangkan kecemasan tersebut, mereka merasa terpaksa untuk mengulang tindakan tertentu atau ritual mental, terkadang selama berjam-jam dalam sehari.

Bayangkan seseorang yang merasakan ketakutan kuat bahwa mereka mungkin secara tidak sengaja melukai orang yang mereka cintai, meskipun mereka tidak pernah berniat melakukan hal tersebut. Atau seseorang yang terus-menerus memeriksa dan memeriksa kembali apakah mereka telah mengunci pintu karena pikiran tentang bahaya terus berputar di benaknya seperti rekaman rusak. Ini bukan soal ingin menjadi sangat hati-hati, melainkan fakta bahwa pikiran mereka tidak akan melepaskan pikiran itu sampai ritual tersebut terasa “benar”.

Saya membaca tentang seorang wanita muda yang baru saja menjadi ibu, yang sudah lelah dan cemas akibat malam-malam tanpa tidur, ketika pikirannya mulai berbisik dengan pikiran yang paling menakutkan: Bagaimana jika aku melukai bayiku? Ia mencintai anaknya lebih dari apa pun. Tapi pikiran itu terus kembali, lagi dan lagi, seperti tamu tak diundang yang tidak mau pergi. Ia menyembunyikan pisau-pisau di dapur, menghindari memegang bayinya di dekat tangga, dan memeriksa setiap kunci pintu tiga atau empat kali sebelum bisa bernapas lega. Ia tahu betul bahwa dirinya tidak akan pernah benar-benar melukai anaknya, dan itulah yang membuatnya tersiksa. Rasa takut bahwa mungkin, hanya mungkin, ia tidak aman dalam pikirannya sendiri.

Inilah cara OCD muncul bagi banyak orang, bukan sebagai cinta terhadap kebersihan dan keteraturan, tetapi sebagai pikiran yang dikuasai oleh pikiran-pikiran intrusif yang tidak diinginkan. Beberapa orang takut mereka secara tidak sengaja akan menabrak pejalan kaki dengan mobil mereka, sehingga mereka terus-menerus berputar kembali untuk memeriksa jalan lagi dan lagi, tidak mampu mempercayai penglihatan mereka sendiri. Yang lain khawatir mereka akan meracuni keluarga mereka dengan makanan yang kurang matang dan terus menggosok panci yang sama hingga tangan mereka lecet. Pikiran-pikiran ini tidak dipilih. Mereka tidak membuat seseorang menjadi berbahaya atau ceroboh. Mereka membuat seseorang menjadi manusia—namun manusia yang terjebak dalam siklus melelahkan antara ketakutan dan alarm palsu.

Bagi banyak orang, OCD dimulai sejak usia muda. Mungkin Anda ingat saat masih kecil merasa perlu menyusun pensil Anda dengan cara tertentu, atau menyentuh gagang pintu secara berulang agar terasa “benar”. Atau mungkin OCD muncul belakangan, dipicu oleh patah hati, kehilangan orang tercinta, atau stres karena menjadi orang tua, memulai pekerjaan baru, atau menghadapi dunia sendirian.

Sayangnya, banyak orang dengan OCD menyembunyikan perjuangan mereka. Mereka tahu pikiran-pikiran itu tidak rasional, tetapi mereka tidak bisa begitu saja “menghentikannya”. Dan meskipun demikian, karena budaya pop sering menjadikan lelucon tentang “suka sekali pada kebersihan” ketika seseorang menyukai hal-hal yang rapi, rasa sakit sesungguhnya di balik OCD sering kali diabaikan.

Pada intinya, OCD adalah pertarungan melelahkan antara kecemasan yang muncul secara paksa dalam pikiran dan tindakan yang dituntut untuk mendapatkan kelegaan. Hal ini dapat memengaruhi cara seseorang bekerja, berinteraksi dengan keluarga, mengambil keputusan, atau bahkan sekadar menjalani hidup di saat ini. Karena itulah, OCD bukanlah sekadar soal terlalu bersih atau perfeksionis, melainkan tentang lingkaran kecemasan yang bisa mencuri waktu, tenaga, dan ketenangan pikiran yang berharga. Memahami hal ini membantu kita menyadari mengapa OCD membutuhkan lebih dari sekadar lelucon, yaitu empati dan dukungan yang tepat.

Anda sudah tahu bahwa saya suka menjelaskan ilmu pengetahuan di balik setiap kondisi kesehatan mental. Tunggu episode penutup minggu depan di mana saya akan menjelaskan ilmu pengetahuan di baliknya dan berbagi bagaimana seseorang dapat mendapatkan dukungan melalui obat-obatan atau terapi. Sampai saat itu, jaga baik-baik pikiran Anda dan bersikaplah baik kepada diri sendiri.

dan lainnya.

Dan omong-omong, hari ini Mental Health Diary berusia satu tahun, kita telah bersama-sama melewati 52 minggu yang luar biasa. Terima kasih telah berada di sini.

BACA JUGA: 5 Kesalahpahaman Umum Tentang OCD

Disediakan oleh SyndiGate Media Inc. (
Syndigate.info
).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top