Kebebasan konsumen: Kekuatan beli dan standar hidup

Kebebasan konsumen adalah kemampuan masyarakat untuk menentukan apa yang mereka beli, berapa banyak pengeluaran yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka mengelola sumber daya mereka. Hal ini berkaitan dengan daya beli, yaitu nilai uang dalam membeli barang dan jasa, serta standar hidup, yang menunjukkan kuantitas dan kualitas barang dan jasa yang dapat diakses oleh individu. Inflasi, pengangguran, ketimpangan pendapatan, dan kebijakan ekonomi semuanya memengaruhi pilihan konsumen di Nigeria. Nigeria, negara dengan populasi terbesar dan ekonomi terbesar di Afrika, memberikan perspektif penting untuk mempelajari hubungan antara kebebasan konsumen, daya beli, dan standar hidup. Terutama pada masa-masa kerusuhan politik dan penurunan harga minyak, Nigeria telah mengalami episode hiperinflasi sejak tahun 1980-an.

Di bawah pemerintahan Babangida, Kebijakan Penyesuaian Struktural pada akhir 1980-an memperlemah nilai naira dan menghilangkan subsidi. Meskipun dimaksudkan untuk membebaskan perekonomian, kebijakan-kebijakan ini menyebabkan kenaikan drastis biaya barang dan jasa serta menurunkan daya beli rakyat Nigeria biasa.

Daya beli Nigeria telah menurun seiring waktu, terutama akibat ketidakstabilan ekonomi. Berdasarkan data Badan Statistik Nasional, tingkat inflasi Nigeria mencapai 33,69 persen pada April 2024, sehingga memengaruhi biaya barang-barang kebutuhan pokok, termasuk makanan, transportasi, dan layanan kesehatan.

Upah bulanan minimum sebesar N30.000 sebelum Juli 2024 (sekitar $20 pada tingkat nilai tukar pasar paralel) terlalu kecil untuk menutupi biaya hidup keluarga biasa. Sebagai contoh, harga karung beras 50kg, yang merupakan kebutuhan pokok di rumah tangga Nigeria, naik dari sekitar N35.000 pada tahun 2022 menjadi lebih dari N70.000 pada pertengahan 2024, hampir dua kali lipat dalam dua tahun. Hal ini secara signifikan mengurangi kemampuan banyak rumah tangga untuk membeli bahkan makanan pokok dan barang-barang dasar yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup.

Nigeria mengalami kombinasi inflasi dan ekspansi ekonomi sejak tahun 2000-an. Inflasi tetap berada di angka dua digit sebagian besar waktu, bahkan selama masa-masa boom minyak dari tahun 2000 hingga 2014. Sebagian masyarakat Nigeria berhasil mempertahankan kondisi finansialnya; namun demikian, banyak yang mengalami penurunan pendapatan riil karena harga naik lebih cepat daripada penghasilan.

Meskipun standar hidup bervariasi di seluruh Nigeria, banyak orang mendefinisikan standar hidup mereka dengan pelayanan kesehatan yang tidak memadai, sekolah yang minim sumber daya, jaringan transportasi yang tidak teratur, serta pasokan listrik yang terbatas. Berdasarkan laporan Bank Dunia tahun 2023, 38,9 persen penduduk Nigeria hidup di bawah garis kemiskinan (kurang dari 1,90 dolar AS per hari), dan sekitar 87 juta penduduk Nigeria mengalami kemiskinan multidimensi, yakni tidak memiliki akses terhadap fasilitas dasar seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan sanitasi.

Ketika orang tidak mampu membeli apa yang mereka inginkan atau butuhkan, kebebasan konsumen menjadi terbatas. Penduduk di kota-kota seperti Lagos dan Abuja semakin memilih alternatif yang lebih murah atau barang bekas. Berkembangnya industri “okrika” (pakaian bekas) dan meningkatnya penjualan elektronik bekas (seperti ponsel dan laptop yang masih layak pakai) menjadi bukti bagaimana preferensi konsumen berubah seiring menurunnya pendapatan.

Selain itu, banyak pemuda yang memilih layanan berlangganan atau berbagi, termasuk penyedia transportasi daring dan TV digital (misalnya GOtv alih-alih DStv), yang menunjukkan bagaimana keterbatasan dana mempengaruhi pola konsumsi.

Kebebasan konsumen sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Meskipun diperlukan dari sisi fiskal, pencabutan subsidi bahan bakar pada tahun 2023 menyebabkan kenaikan biaya makanan dan transportasi, sehingga membebani anggaran keluarga. Di sisi lain, sektor-sektor yang bergantung pada impor terkena dampak fluktuasi pasar mata uang asing, sehingga meningkatkan harga barang-barang impor seperti obat-obatan, elektronik, dan pakaian.

Selain itu, proyek-proyek seperti National Social Investment Programme dan subsidi usaha kecil di bawah program N-Power dan TraderMoni telah berusaha membantu kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Namun demikian, para kritikus berpendapat bahwa cakupan dan keberhasilan inisiatif-inisiatif tersebut masih terbatas. Populasi muda Nigeria terus mencari cara kreatif untuk mengatasi kesulitan finansial meski menghadapi hambatan-hambatan ini. Banyak dari mereka berhasil mencari nafkah di luar pekerjaan konvensional berkat pertumbuhan kewirausahaan digital, termasuk pemasaran media sosial, pekerjaan lepas, serta toko daring seperti Jumia dan Konga.

Penurunan nilai uang dan kenaikan harga kebutuhan pokok telah membatasi pilihan yang tersedia bagi konsumen, memaksa mereka untuk hidup dalam kondisi bertahan hidup semata, serta menurunkan tingkat standar hidup mereka. Kebebasan konsumsi yang sesungguhnya masih sulit tercapai hingga Nigeria mampu mewujudkan stabilitas ekonomi secara konsisten dan mengendalikan inflasi guna mengembalikan martabat dan otonomi dalam setiap keputusan pembelian sehari-hari. Tingginya inflasi, upah yang rendah, serta ketimpangan standar hidup terus-menerus membatasi kebebasan konsumen di Nigeria.

Kemampuan kebanyakan orang untuk membeli barang telah menurun, yang memaksa banyak orang membuat keputusan sulit antara kebutuhan pokok dan kemewahan. Namun kreativitas, ketangguhan, dan peluang digital memberikan sedikit harapan bagi peningkatan pemberdayaan konsumen. Pembuat kebijakan harus menjadikan stabilitas ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan infrastruktur sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kebebasan konsumen serta kualitas hidup mereka. Hanya dengan demikian, rakyat Nigeria dapat memiliki kebebasan untuk membuat keputusan yang mencerminkan bukan hanya keberlanjutan hidup, tetapi juga penghargaan dan cita-cita.



•Victoria Raimi adalah petugas komunikasi di Ominira Initiative for Economic Advancement

Disediakan oleh SBNews Media Inc. (
SBNews.info
).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top