Pakistan, 29 Juli — Dalam era di mana teknologi digital membentuk narasi dan memengaruhi perilaku, Pakistan berada di persimpangan antara meningkatnya ketegangan antar agama dan peluang yang tidak pernah terjadi sebelumnya untuk membangun perdamaian. Meskipun negara ini telah lama mengandalkan metode tradisional seperti dialog, pendidikan, dan advokasi kebijakan untuk mendorong toleransi beragama dan kohesi sosial, tantangan seperti ujaran kebencian online, disinformasi, dan ekstremisme kini memerlukan respons inovatif. Kecerdasan Buatan (AI), dengan kemampuannya untuk memproses volume data besar, mendeteksi pola, dan membuat prediksi, menawarkan alat yang kuat untuk mendukung pembangun perdamaian, pembuat kebijakan, dan aktor masyarakat sipil dalam menciptakan Pakistan yang lebih inklusif dan harmonis.
Menurut laporan tahun 2023 dari Digital Rights Foundation, Pakistan mengalami peningkatan 43% dalam kasus pengaduan tentang ujaran kebencian di internet dan disinformasi yang didasari agama dibandingkan tahun sebelumnya. Platform media sosial, terutama Facebook, TikTok, dan WhatsApp, sering dimanipulasi untuk menyebarkan ketidaktoleranan agama, yang terkadang berujung pada kekerasan di dunia nyata. Kecerdasan buatan (AI) dapat membantu mengurangi ancaman ini. Dengan memanfaatkan Pemrosesan Bahasa Alami (NLP), sistem AI dapat memantau platform digital secara real-time, mengidentifikasi konten yang memicu kebencian agama atau mempromosikan kekerasan. Alat seperti Harmony Checker, yang diuji coba oleh Youth Development Foundation (YDF), telah digunakan untuk menganalisis kurikulum sekolah terhadap konten yang bias terhadap minoritas, menciptakan bukti berbasis data untuk mereformasi narasi pendidikan.
Di luar pengawasan dan deteksi, AI dapat memperkuat cerita kerja sama antar agama dan pembangunan perdamaian. Dalam lingkungan digital yang sering didominasi oleh konten sensasional, algoritma AI dapat dilatih untuk memprioritaskan cerita tentang pemuda Kristen dan Muslim yang bekerja sama dalam aksi perubahan iklim, atau komunitas Sikh dan Muslim yang bersama-sama menyelenggarakan kamp medis. Pada tahun 2021, misalnya, Youth Development Foundation (YDF) Pakistan melaporkan bahwa lebih dari 78% pemuda yang dilatih dalam program perdamaian mereka mengatakan media digital telah memengaruhi pandangan mereka tentang kehidupan beragama, baik secara positif maupun negatif. Platform berbasis AI dengan alat terjemahan dan moderasi dapat menyediakan ruang digital yang aman di mana pemuda, pemimpin agama, dan pendidik berinteraksi lintas agama, mendorong empati dan pemahaman bersama.
Selain itu, AI dapat mendukung sistem peringatan dini untuk mencegah kekerasan yang didasari oleh motivasi agama. Dengan memanfaatkan data dari media sosial, laporan berita, dan umpan balik komunitas, model AI dapat membantu mengidentifikasi zona panas secara geografis atau tematik di mana ketegangan sedang meningkat. Model ini sudah digunakan di negara-negara seperti Kenya dan Nigeria, di mana sistem AI yang didukung PBB telah berhasil mengidentifikasi pemicu konflik 3 hingga 5 hari sebelumnya. Jika dikhususkan untuk Pakistan, alat-alat ini bisa menjadi penting dalam mencegah insiden pembunuhan, kekerasan massa, atau kerusuhan terkait agama di daerah-daerah berisiko tinggi. Selain itu, AI juga dapat melindungi minoritas dari kampanye disinformasi digital yang terkoordinasi yang sering menargetkan perayaan agama, tempat ibadah, atau pemimpin agama.
Meskipun menjanjikan, penggunaan AI harus etis, transparan, dan inklusif. Studi telah menunjukkan bahwa algoritma AI yang dilatih dengan data yang bias dapat memperkuat diskriminasi sistemik, terutama terhadap komunitas yang termarjinalisasi. Minoritas agama di Pakistan, yang mencakup hampir 4% dari populasi, sering menghadapi marginalisasi baik secara online maupun offline, yang harus dipertimbangkan saat merancang model AI. Hukum privasi data yang kuat, dataset yang beragam (termasuk yang dalam bahasa daerah), dan konsultasi multi-kepercayaan sangat penting untuk penerapan AI yang bertanggung jawab. Dengan sektor teknologi Pakistan yang berkembang pesat, AI dan big data telah diidentifikasi sebagai komponen kunci dalam Visi Digital Pakistan Pakistan. Ada kesempatan nyata untuk mengintegrasikan inovasi etis dengan tujuan pembangunan perdamaian.
Kecerdasan Buatan, jika digunakan secara bertanggung jawab, dapat menjadi kekuatan yang mengubah cara memperbaiki perpecahan iman, mencegah kekerasan, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan empati, kebijaksanaan, atau kepemimpinan manusia, tetapi dapat memperkuat dampaknya. Dalam upaya mencapai perdamaian dan kehidupan bersama, kekuatan terbesar Pakistan terletak pada rakyatnya, dan kini, aliansi terbaru Pakistan mungkin saja adalah algoritma yang membantu menyatukan mereka.