SBNEwsGaya pengasuhan orang tua memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang, bahkan sampai masa dewasa.
Dampak ini bisa sangat mendalam, terutama bila seseorang dibesarkan oleh orang tua yang memiliki sifat narsistik.
Dampak dari pengalaman itu kerap kali secara tidak sadar memengaruhi hubungan yang dijalani seorang pria.
Dikutip dari Geediting.com pada Senin (30/6), terdapat sejumlah ciri khusus yang menunjukkan bahwa seorang pria dibesarkan oleh orang tua yang narsistik.
Mengenali tanda-tanda ini merupakan langkah penting dalam memahami dinamika hubungan mereka. Ayo kita bahas lebih lanjut mengenai bagaimana pola asuh semacam ini dapat membentuk perilaku seseorang.
1. Terus Berjuang Demi Mendapatkan Pengakuan
Pria ini mungkin terus-menerus berusaha mendapatkan pengakuan dari orang lain sepanjang hidupnya. Mereka selalu membutuhkan pujian agar bisa merasa bernilai, tanpa sadar terus mencari persetujuan dari luar dirinya sendiri. Perilaku semacam ini berasal dari minimnya validasi yang diterima saat masa kecil.
Orang tua yang narsistik kerap mengacuhkan atau merendahkan perasaan anaknya. Dampaknya, pria itu dewasa dengan keyakinan bahwa harga dirinya ditentukan oleh pendapat orang lain.
2. Kesulitan Mempercayai Orang Lain
Membentuk rasa percaya diri menjadi tantangan tersendiri bagi pria yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini. Mereka bisa saja mengalami kesulitan untuk terbuka atau menciptakan hubungan emosional yang dalam dengan pasangannya. Rasa percaya mereka kerap kali diabaikan atau dilanggar sejak masa kecil.
Orang tua yang narsistik kerap memanfaatkan manipulasi sebagai cara untuk mengambil alih kendali. Mereka tumbuh dalam suasana masa kecil yang membuatnya selalu siaga terhadap maksud orang lain.
3. Sangat Mudah Tersinggung dengan Kritik
Pria ini cenderung merespons kritik dengan reaksi yang berlebihan, termasuk kritik yang sifatnya membangun. Ia mungkin menunjukkan amarah atau bahkan menarik diri secara berlebihan. Hal ini mencerminkan adanya kerapuhan dalam harga dirinya yang cukup mendalam.
Kritik yang datang dari orang lain seringkali terasa seperti sebuah serangan terhadap diri sendiri. Mereka selalu khawatir tidak akan pernah cukup baik, sebagaimana yang selama ini ditanamkan oleh orang tua mereka.
4. Cenderung Terlalu Aktif sebagai “Penolong”
Pria ini mungkin terus berusaha membuat orang lain bahagia dan berperan terlalu besar sebagai “penolong”. Ia meyakini bahwa harus rela berkorban agar bisa mendapatkan cinta atau diterima oleh pasangannya. Sikap ini merupakan cara bertahan yang terbentuk sejak masa kecilnya.
Mereka mempelajari bahwa kebutuhan orang lain lebih utama dibandingkan kebutuhan pribadi. Sikap ini merupakan cara untuk menghindari penolakan atau dibiarkan sendirian.
5. Sering Mengalami Rendah Diri
Walaupun tampak percaya diri di luar, pria ini sering kali menghadapi masalah harga diri yang rendah. Mereka cenderung meragukan kemampuan diri sendiri. Rasa tidak berharga yang dialami berasal dari perlakuan yang diterimanya sejak masa kecil.
Orang tua yang narsistik kerap mengkritik atau membandingkan anaknya dengan orang lain, sehingga memicu perasaan tidak aman yang berkelanjutan.
6. Pola Keterkaitan yang Terus Berulang dan Tidak Sehat
Pria ini mungkin kerap terjebak dalam hubungan yang tidak sehat dan bermasalah. Mereka cenderung tertarik pada pasangan yang memperlihatkan dinamika serupa dengan orang tua narsistik mereka. Pola seperti ini sangat sulit untuk diakhiri.
Mereka mungkin secara tidak sadar mencari suasana yang dikenal, meskipun itu tidak sehat. Siklus ini dapat terus berlangsung tanpa adanya kesadaran atau campur tangan yang tepat.
7. Berjuang dalam Menghadapi Batasan Diri Sendiri
Menetapkan serta mempertahankan batasan merupakan hal yang sulit bagi pria ini. Mereka cenderung membiarkan orang lain melanggar batas-batas pribadinya, yang merupakan dampak dari minimnya pembentukan batasan sejak masa kecilnya.
Orang tua yang narsistik kerap mengabaikan batas-batas yang dimiliki anaknya. Akibatnya, anak-anak ini punya kesulitan dalam memahami serta menerapkan batasan yang sehat dalam hubungan mereka saat dewasa.
Diasuh oleh orang tua yang narsistik pasti meninggalkan jejak mendalam dalam diri seorang pria. Pengaruhnya sering terlihat jelas dalam cara mereka menjalin hubungan dan berinteraksi secara sosial. Meski begitu, menyadari tanda-tanda tersebut merupakan langkah awal yang penting.
Pemahaman terhadap diri sendiri menjadi kunci penting untuk menghentikan pola perilaku tidak sehat dari masa lalu. Melalui kesadaran akan diri, mereka dapat memulai pembentukan hubungan yang lebih baik dan memberikan kepuasan. Proses ini merupakan perjalanan panjang menuju penyembuhan serta koneksi yang autentik.